KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA – Telah kita saksikan sendiri, betapa Indonesia pada masa lampau telah masuk lalu-lintas agama yang beragam. Perlintasan paling banyak terjadi lewat para pedagang dari penjuru dunia, termasuk Tanah Arab.
Melalui itu, muncullah banyak kerajaan Islam di Indonesia. Tentu semua tak sama; ada kerajaan yang besar dan ada pula kerajaan yang kecil. Sembilan kerajaan Islam terbesar di antaranya akan kita bahas sama-sama.
7 Kerajaan Islam di Indonesia Terbesar
Apa saja sih kerajaan terbesar tersebut? Yuk langsung saja kita simak sama-sama informasi mengenai 7 kerajaan Islam terbesar di Indonesia.
Kerajaan Samudera Pasai
Berdasarkan berita yang dibawa oleh dua penjelajah legendaris, Marcopolo (tahun 1292) dan Ibnu Batutah (abad ke-13), sebuah kerajaan Islam Indonesia besar telah berdiri. Namanya Kerajaan Samudera Pasai yang terletak di Aceh. Pendirinya adalah Sultan Malik Al-Saleh atau Marah Silu yang diangkat oleh laksamana laut Mesir: Nazimudin Al-Kamil.
Sebagaimana yang diberitakan Tome Piress (tahun 1512-1515), Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa puncak kejayaannya. Hal itu dibuktikan dengan berbagai kemajuan di bidang pemerintahan, agama, dan perikanan, terutama sekali pada bidang pertanian serta perdagangan. Sultan yang mengelola pada waktu itu bernama Sultan Malikul Zahir.
Proses keruntuhan Kerajaan Samudera Pasai ini tergolong pelik. Setelah tak ada pengganti Sultan Malikul Zahir, terjadi perebutan kekuasaan, serangan Kerajaan Majapahit (tahun 1339), serangan Portugis yang terpusat di Bandar Selat Malaka. Serangan bertubi-tubi itu, mau tak mau memaksa kerajaan berubah jadi kepingan-kepingan sejarah.
Kerajaan Demak
Sejarah berdirinya Kerajaan Demak (tahun 1475) sangat unik. Kerajaan ini dibentuk oleh Raden Patah, yang merupakan trah langsung dari Kerajaan Majapahit yang saat itu sudah bubar. Apakah Anda pernah dengar Walisongo? Nah, di masa inilah kesembilan wali itu menyebarkan agama Islam lewat berbagai metode pembelajaran.
Berdasarkan tilas sejarah, kerajaan Islam di Indonesia ini dinobatkan sebagai kerajaan pertama yang berdiri di Pulau Jawa. Kerajaan ini mengalami puncak kejayaannya ketika pada masa pemerintahan Sultan Trenggana (tahun 1521-1546). Lewat perjuangan beliau, seluruh Pulau Jawa berhasil ditaklukkan, kecuali Kerajaan Pajajaran. Perluasan daerah juga diupayakan hingga penyerangan ke Selat Malaka, tapi gagal.
Sebagaimana yang banyak terjadi, keruntuhan Kerajaan Demak juga akibat perebutan kekuasaan. Hal itu terjadi karena setelah periode Sultan Trenggana berakhir, tak ada yang secakap beliau. Akibat hal itu, banyak bagian dari kerajaan yang memisahkan diri, serta berpindahnya pusat pemerintahan Demak ke Pajang karena dinilai lebih agraris.
Kerajaan Pajang
Pernah mendengar nama Jaka Tingkir? Pasti banyak yang pernah dengar, ya. Kerajaan Pajang ini didirikan oleh beliau (tahun 1568), tentunya setelah Kerajaan Demak resmi bubar. Kerajaan ini tentu tidak berdiri dengan sendirinya. Jaka Tingkir memboyongnya setelah melewati pergulatan hebat dengan Arya Penangsang yang semula menguasai Demak.
Salah satu indikator dikatakan sebuah kerajaan mengalami puncak kejayaannya adalah ketika berhasil memperluas daerah kekuasaan. Seperti juga yang dialami oleh Kerajaan Pajang. Lewat tangan hangat beliau, kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur pun takluk, dan yang paling prestisius tentunya penaklukan atas tanah Madura.
Seperti yang sudah-sudah, sebab keruntuhan Kerajaan Pajang dikarenakan tidak ada penerus Jaka Tingkir atau yang bergelar Sultan Hadiwijaya yang sama cakapnya. Saat itu kekuasaan dipegang oleh Pangeran Benowo. Namun, karena beliau merasa kurang mampu, akhirnya diberikan secara cuma-cuma pada Danang Sutawijaya.
Salah satu indikator dikatakan sebuah kerajaan mengalami puncak kejayaannya adalah ketika berhasil memperluas daerah kekuasaan. Seperti juga yang dialami oleh Kerajaan Pajang. Lewat tangan hangat beliau, kerajaan-kerajaan kecil di Jawa Timur pun takluk, dan yang paling prestisius tentunya penaklukan atas tanah Madura.
Seperti yang sudah-sudah, sebab keruntuhan Kerajaan Pajang dikarenakan tidak ada penerus Jaka Tingkir atau yang bergelar Sultan Hadiwijaya yang sama cakapnya. Saat itu kekuasaan dipegang oleh Pangeran Benowo. Namun, karena beliau merasa kurang mampu, akhirnya diberikan secara cuma-cuma pada Danang Sutawijaya.
Kerajaan Mataram
Kalau disimak baik-baik, sejarah kerajaan Islam di Indonesia, terutama di Pulau Jawa ini sambung-menyambung, ya. Setelah Kerajaan Pajang diakuisisi oleh Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati, kemudian berganti nama jadi Kerajaan Mataram (tahun 1588).Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan pada waktu dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma (tahun 1613-1645). Beliau berhasil menundukkan Tuban dan Pasuruhan pada tahun 1619. Tidak hanya itu, Surabaya (tahun 1625) dan Blambangan (tahun 1639) pun tunduk di tangan beliau.
Namun sayang, keruntuhan Kerajaan Mataram ini lagi-lagi ditimbulkan oleh adanya perebutan kekuasaan. Tak hanya itu, perang saudara pun jadi masalah yang cukup pelik. Tapi masalah utamanya tentu saja adanya campur-tangan Belanda lewat Perjanjian Giyanti. Akibat perjanjian itu, Kesultanan Mataram jadi terpecah-belah.
Kerajaan Banjar
Akibat dari pengaruh adanya pergerakan kerajaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, kerajaan Islam lain muncul di Pulau Kalimantan. Namanya Kerajaan Banjar yang berdiri pada tahun 1520 Masehi. Pada tahun 11 Juni 1860, Belanda menghapus kerajaan itu dari catatan sejarah. Namun untungnya, rakyat Banjar tetap kokoh memegang sejarah.
Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Khairul Saleh ini mengalami puncak kejayaannya pada abad ke-17. Saat itu, rempah-rempah, terutama lada yang menjadi komoditas utama dari kerajaan ini. Lewat jalur perdagangan, kerajaan ini tumbuh besar hingga ke wilayah barat, timur, dan tenggara pulau Kalimantan.
Pada masa kerajaan Banjar, pengaruh kolonial Belanda telah meluas ke berbagai daerah. Lewat politik divide et impera alias politik adu domba, kekacauan banyak terjadi di sendi-sendiri Kerajaan Banjar. Akibat hal itu, menyulut pula perseteruan di kalangan istana. Proses keruntuhannya ditandai setelah meletus perang dengan kolonial Belanda.
Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa-Tallo ini dikenal juga dengan nama Kerajaan Makassar. Mulainya, kerajaan ini terdiri dari dua daerah: Gowa dan Tallo. Namun, akibat dari kedigdayaan dan sikap pemimpin dari Sultan Hasanuddin (tahun 1653-1669), dua wilayah ini bersatu dan menjadi kerajaan yang baru dan besar. Sampai-sampai ditakuti oleh kolonial Belanda.
Pengaruh dari Sultan Hasanuddin ini sangat luas. Dari kepemimpinannyalah Kerajaan Gowa-Tallo berkembang luas hingga ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Butan, Luwu, Sumbawa, Lombok, hingga Selayar. Tidak hanya itu, beliau juga berhasil mengembangkan hingga ke Indonesia bagian timur.
Berkat kesuksesan dan keberaniannya, Sultan Hasanuddin pun dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Namun kabar bahagia itu kandas ketika lagi-lagi politik adu domba memporak-porandakan wilayah kekuasaan Sultan Hasanuddin. Runtuhnya kerajaan Islam di Indonesia ini ditandai oleh penandatanganan Perjanjian Bongaya.
Kerajaan Ternate dan Tidore
Dua kerajaan ini sebenarnya berada di wilayah yang berbeda. Namun, pada praktiknya, kedua kerajaan melakukan berbagai aliansi terhadap banyak bidang. Sama-sama lahir pada abad ke-13, keduanya maju pesat akibat sumber daya alamnya, terutama dari rempah-rempah.
Pada abad ke-15, perdagangan di kedua kerajaan ini mengalami perkembangan yang pesat. Banyak pedagan asing turut singgah. Transaksi jual-beli perhiasan, beras, dan pakaian dari pendatang kemudian ditukarkan dengan rempah-rempah di daerah setempat pun banyak terjadi.Namun kejayaan itu tidak berlansung abadi. Akibat dari derasnya arus perdagangan, para pedagang asing seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda tidak tinggal diam. Akhirnya politik terencana VOC-lah (dari kubu Belanda) yang memenangkan arena persaingan. Rempah-rempah serta kerajaan pun takluk lewat politik pamungkasnya itu: adu domba.
Terhitung, sebanyak lebih dari 30 kerajaan Islam di Indonesia telah mewarnai sejarah. Kerajaan-kerajaan itu tak hanya tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Maluku, namun juga sampai ke Papua. Sebut saja Kerajaan Waigeo, Misool, Salawati. Lewat keragaman itu, terbentuk pula banyak budaya yang memperkaya khasanah Indonesia yang semestinya terus kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar